Jumat, 07 Agustus 2015

TERLEMPAR



“Kita terlempar ke dunia tanpa bisa menolaknya. Kita tidak bisa melakukan pilihan untuk tidak memasuki kehidupan. Kehidupan telah mengangkat kita dari lorong ketiadaan yang tak terbayangkan kepada bentuk-bentuk yang tak sekedar ada, bahkan pun bisa kita maknai.”

(Ki Ageng Mantyasih, Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih, 2012)

Inilah anugrah terbesar kita, bahwa kita hidup! Kita ada! Dan kita ada adalah untuk merayakan keberadaan kita!

ADA TEMPATNYA



“Setiap orang, konon memiliki tempatnya sendiri-sendiri. Sebuah tempat tersendiri untuk berbuat salah, dan sebuah tempat tersendiri untuk berbuat baik. Sebuah tempat untuk mendapat kasih sayang dan penghargaan Tuhan, dan sebuah tempat untuk Tuhan memberikan pengampunan.”

(Ki Ageng Mantyasih, Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih, 2012)

Begitulah Tuhan membuat segala sesuatunya. Ada bagian yang dilebihkan, maka pasti terdapat kekurangan pada bagian yang lain. Hanya dengan kebersamaan, bersama orang lain, kita sama-sama menjadi sempurna.

KEBEBASAN DAN KETIDAKBEBASAN



“Tidak ada yang mengetahui apapun yang terjadi dilangkah kita selanjutnya, kecuali setelah kita melangkah. Setiap orang berbuat apa yang telah menjadi jalannya, tanpa bisa direncanakan dengan pasti. Satu-satunya kepastian adalah, kebebasan kita untuk memilih, dan ketidakbebasan kita untuk menentukan akibat dari sesuatu yang kita pilih.”

(Ki Ageng Mantyasih, Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih, 2012)

Yah, lakukan saja! Pilihlah! Dan terima akibatnya dengan gagah! Hal itu jauh lebih baik daripada diam dalam kebimbangan.

PROSES MENJADI




“Senantiasa menyadari proses menjadi baik, bukan menuntut selalu menjadi orang baik.”

(Ki Ageng Mantyasih, Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih, 2012)

Gerak adalah keniscayaan alam. Kita tidak bisa memilih berhenti bergerak. Oleh karenanya, kita senantiasa dalam proses menjadi, hingga akhir kehidupan.

PERMAAFAN



“Sebagai orang baik, Anda tidak ingin menyakiti orang lain, akan tetapi, Anda juga tidak mungkin tiada pernah menyakiti orang lain. Dunia menjadi hangat, dengan kata maaf.”

(Ki Ageng Mantyasih, Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih, 2012)

Memaafkan adalah sarana yang membuat kita terhubung.

TERHUBUNG



“Justru dengan ketidaksempurnaan itulah, selalu saja ada celah yang bisa diisi oleh kehangatan orang lain. Sehingga kita semua saling terhubung menjadi satu.”

(Ki Ageng Mantyasih, Konsep Iman dalam Cinta dan Kasih, 2012)

Kita tidak sendirian. Segalanya terhubung, segalanya membutuhkan satu sama lain. Bongkahan lego yang tak bercelah, tak bisa disatukan dengan lego yang lain. Dengan demikian, tak bisa diharapkan untuk mewujudkan sebuah bangunan lego yang indah.