Saat
ini saya sedang menulis sebuat tulisan, merangkai deretan kata menjadi kalimat,
yang berasal dari sesuatu di dalam diri saya. Sesuatu itu berloncatan penuh
suka cita, kadang tidak sabar untuk di tata pada deretan yang saya inginkan.
Suka kerepotan pada awalnya, tetapi semakin lama, semakin mereka—sesuatu
itu—menurut pada komando saya. Mereka seperti domba-domba yang digembala.
Semakin mengenal si anak gembala, semakin kuat ikatan antar mereka, semakin
penurut untuk diarahkan kemana saja. Mungkin, demikian dengan kata-kata.
Kadangkala perlu juga, meniupkan seruling untuk menyanyikan beberapa lagu yang
disukai kata-kata, eh gembala saya itu. Gunanya adalah untuk menyamakan
frekuensi, agar terjadi kesatuan bahasa, satunya jiwa, sehingga hanya dengan
menggerakkan hati saja, mereka sudah berjingkrak-jingkrang tak karuan.
Saat
ini, Anda sedang membaca tulisan saya, mengernyit alis,
mengerutkan dahi, mencoba memahami, dan mengeluarkan kata-kata persetujuan
ataupun ketidaksetujuan dalam batin. Mestinya dibeberapa tempat di dalam
tulisan saya, Anda tertawa, setidaknya tersenyum (itu sih yang ada di benak
saya). Dan mungkin tergerak, untuk copy paste ke tempat penyimpanan dokumen
Anda dengan membuat sebuah file bertuliskan “DOKUMEN PENTING”, atau “TULISAN
BAGUS” atau “CELOTEH APAAN INI” ah saya terlalu berlebihan yah.
Apa
dari tadi Anda sudah menyadari maksud tulisan ini? Ya, betapa asyiknya
menghayati setiap keadaan saat ini. Bahwa melupakan masa lalu itu sulit, itu hampir
melanda semua orang, termasuk saya. Bahwa memikirkan masa depan bikin pusing,
paling tidak sakit kepala sebelah stadium dua, itu juga menjadi persoalan yang
dirasakan semua orang. Ohoi, jangan terlalu serius. Bila masa lalu selalu
menghantui kita, biarkan ia larut dalam kehidupan masa kini yang tentu lebih
nyata. Bila masa depan selalu membuat kita cemas, biarkan saja ia berlarian
dalam kehidupan kita saat ini, kalau sudah cape, kan hilang sendiri. Yah, sampah di belakang
rumah perlu kita buang saat ini juga, kursi dan meja bisa kita rapikan saat ini
sembari melihat sinetron kesukaan kita. Orang-orang di pinggir jalan, yang kita
lewati, tentu bahagia mendapat sapaan hangat, dan senyuman manis
kita. Kita bisa memilih untuk menikmati setiap tarikan nafas yang menyegarkan
itu, atau melewatkannya. Kita bisa memilih untuk mendengar betapa merdu detak
jantung kita, atau berpura-pura tuli karena kesibukan memikirkan rencana masa
depan.
Uang
yang hanya satu-satunya, tinggal dua puluh ribu, bisa Anda gunakan saat ini
untuk memberikan kebahagiaan pada pengamen kecil yang ada diperempatan, atau
memuaskan dahaga Anda dengan membeli satu butir kelapa muda lengkap dengan
butiran es dan lelehan sirup warna merah (atau Anda lebih suka lelehan gula
jawa?) tanpa perlu ambil pusing bahwa besok Anda tidak ada uang sama sekali.
Nikmati saja hari ini. Besok pun pasti ada sesuatu untuk dinikmati. Lusa pun
pasti ada kebahagiaan yang menanti. Masa lalu? Auk ah gelap. Biarin aja.
Kehidupan
adalah saat ini, apa yang sudah Anda lakukan hari ini? Nikmatilah
senikmat-nikmatnya. Setiap langkah adalah jamuan keajaiban yang penuh cinta dan
suka cita, teramat sayang untuk kita lewatkan begitu saja. Eh, tiba-tiba kita
sudah sampai ke tujuan. Anda tertarik untuk mencoba?